Anggota DPR RI dari PDI Perjuangan Dr Evita Nursanty mendorong universitas dan perguruan tinggi yang ada di Indonesia untuk turut serta membuat obat Covid-19 seperti yang dilakukan oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
“Ayo kita (kampus) berlomba-lomba untuk berkontribusi (buat obat), bukan malah menunjukkan sikap negatif terkait pandemi COVID-19,” kata Evita.
Saat ini menurut Evita, Indonesia sedang membutuhkan inovasi agar bisa keluar dari krisis pandemi Covid-19. Maka dari itu, peran perguruan tinggi sangatlah dibutuhkan untuk membuat obat Covid-19 sebagai alternatif penyembuhan pasien.
Bukan hanya itu saja, ia pun mengapresiasi langkah Unair, TNI dan Badan Intelijen Negara (BIN) karena telah terlibat dalam pembuatan obat Covid-19 sebagai alternativ yang dibutuhkan untuk tingkatkan kesembuhan.
“Saya ingin mengapresiasi inovasi dari Unair dan dukungan all out yang diberikan oleh TNI dan BIN,” kata dia
Obat hasil kerjasama Unair tersebut bisa dijadikan alternatif baru untuk terapi Covid-19, apalagi sejauh ini obat buatan tersebut sudah dilakukan uji klinis sesuai protokol yang disetujui BPOM melalui Persetujuan Pelaksanaan Uji klinik (PPUK).
Uji klinis tersebut dilakukan terhadap 754 subyek. Jumlah tersebut dikatakan melebihi target BPOM yang hanya 696 subyek.
Uji klinis fase tiga dilaksanakan pada 7 Juli hingga 4 Agustus 2020 di RSUA, Dustira (Secapa AD), pusat isolasi Rusunawa Lamongan dan RS Polri Jakarta. Kemudian 85 persen sampel yang diuji coba dengan obat tersebut sembuh berdasarkan hasil tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
“Proses penyembuhan disebut berlangsung mulai dari satu sampai tiga hari,” katanya
