Beranda Berita Komarudin Watubun Luncurkan Buku Autobiografi “Jalan Hidupku”

Komarudin Watubun Luncurkan Buku Autobiografi “Jalan Hidupku”

159
0

Ketua Bidang Kehormatan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI Perjuangan) atau PDI Perjuangan, Komarudin Watubun meluncurkan buku autobiografi berjudul “Jalan Hidupku”.

Peluncuran buku autobiografi ini dilakukan dalam rangkaian upacara pelantikan Pengurus DPD PDI Perjuangan Provinsi Papua Periode 2019-2024 di GOR Cenderawasih, Jayapura, Kamis (9/2/2023).

Buku autobiografi setebal 535 halaman ini berisi kisah perjalanan hidup Komarudin Watubun hingga ikut merawat dan membesarkan PDI Perjuangan Papua.

“Hidup itu lewat proses, tak bisa instan. Hari ini kita menjadi orang harus hidup lahir berproses besar dan akan mati,” ujar Politisi Senior PDI Perjuangan Papua, yang akrab disapa Bung Komar ini.

Komarudin mengakui, buku autobigrafi ini sebenarnya sudah ditulisnya dari 10 tahun lalu, karena disini banyak memuat tentang gejolak politik di Papua, termasuk Otsus dan bagaimana ia terlibat didalamnya.

“Jatuh bangunnya saya, tapi habis itu saya masih ragu apakah perlu saya tulis atau tidak. Tapi orang yang selalu mendorong saya untuk menulis itu salah-satu, yakni Bang Thaha Alhamid,” ujarnya.

“Bang Thaha Alhamid adalah satu tokoh yang suruh saya harus tulis buku, karena menurut penilaian beliau banyak hal didalam ini dan barangkali bisa dibaca oleh generasi penerus partai ini untuk mengikutinya,” terangnya.

Thaha Alhamid adalah seorang aktivis Papua di bidang politik.

Komarudin menjelaskan, buku ini juga mengkisahkan tentang bagaimana ia bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi berjuang di PDI Perjuangan.

“Saya bawa datang dan perkenalkan Pak Jokowi ke Papua. Makan di rumah saya di pinggir Danau Sentani kemudian kampanye, akhirnya terpilih menjadi presiden,” ujar Komarudin.

Tak hanya itu, tutur Komarudin, buku ini juga berisi kritik kepada Jokowi, jika ia melihat ada hal-hal yang belum pas.

“Walaupun teman sendiri, tapi kalau saya lihat tak pas, maka saya kritisi,” terangnya.

Komarudin menuturkan, buku autobiografi ini juga ia persembahkan khusus kepada sesepuh PDI Perjuangan dan mantan Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Ben Vincent Jeharu.

Ben Vincent Jeharu lelaki asal Manggarai, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah mantan Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Kota Madya Jayapura.

Dalam salah-satu bab buku autobiografi ini Komarudin menulis khusus untuk Ben Vincent Jeharu, yaitu Guruku, Ayahku dan Sahabatku.

“Saya sampaikan rasa bangga dan terima kasih saya khusus kepada Om Ben, yang pungut saya di Terminal Entrop, Kota Jayapura, dan membawa saya masuk sebagai pengurus DPC PDI Kota Madya Jayapura,”kenang Komarudin.

Kader Terbaik

Sementara itu, Ben Vincent Jeharu mengatakan, ia bangga, karena salah-satu kader terbaik yang ia pungut dari Terminal Entrop akhirnya jadi pemimpin di Papua.

“Saya tak tahu waktu itu, saya punya penglihatan khusus beliau anak ini bisa jadi pemimpin, akhirnya saya rekrut belia,” ucap Ben.

Kebetulan waktu itu, Ben ingin menjadi Ketua DPC PDI Kota Madya Jayapura.

“Komarudin saya pingin engkau menjadi pengurus bersama saya di DPD PDI Papua yang waktu itu baru mulai. Dan beliau juga heran bapak ko saya yang dipilih, tapi karena saya punya penglihatan khusus bagi dia orang ini bisa jadi pemimpin di tanah Papua,” ujar Ben.

Ben mengatakan, pada waktu itu tahun 1993 ia menjadi Sekretaris DPD PDI Papua sejak 1974.

“Saya sekretaris, tapi demi pengembangan partai saya mau turun kebawah jadi Ketua DPC PDI Kota Madya Jayapura,” katanya.

“Saya tidak punya ambisi, tapi kita mau berjuang bagaimana PDI ini harus jadi besar di tanah Papua. Dulu saya setengah mati. Bayangkan seluruh Papua untuk membentuk satu DPC PDI saja bukan sedikit biaya, tapi memang saya tak punya uang. Sebagaimana Komarudin sampaikan saya bekali waktu itu untuk pembentukan Pro Mega. Saya bilang kau jalan keliling saya bekali Rp 500.000. Mungkin ada tangan Tuhan yang akan membantu kita,” ungkap Ben.

Ben mengatakan, akhirnya Komarudin berangkat ke Serui, Nabire, Sorong, Biak dan lain-lain, untuk membentuk DPC PDI di seluruh Tanah Papua.

“Saya rasa itulah satu kebanggaan saya, karena beliau boleh menjadi seorang pemimpin yang bisa meneruskan partai. Saya harap saudara-saudaraku, adik-adikku dapat meneruskan perjuangan kita perjuangan PDI Perjuangan,” tandas Ben.

Ben menuturkan, menjadi kader partai bukan untuk mencari pangkat, tapi mencapai kekuasaan untuk bisa bermanfaat bagi rakyat.

“Mengabdilah dengan kesetiaan, dengan jujur dan dengan taat,” imbuh Ben, yang kini berusia 79 tahun.

Partai Demokrasi Indonesia (PDI)

Sekedar diketahui, PDI Perjuangan yang kini dikenal luas, sebelumnya bernama PDI didirikan pada 10 Januari 1973.

PDI adalah salah satu partai politik di Indonesia yang pernah menjadi kontestan Pemilu 1977, bersama Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Sebelumnya, PDI adalah gabungan atau fusi dari lima partai politik, yakni Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan Ir. Soekarno pada 4 Juli 1927. Kemudian Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik.

Kelima partai ini adalah konstestan pada Pemilu pertama tahun 1955.

Sejak awal terbentuk, konflik internal PDI terus terjadi dan diperparah dengan adanya intervensi dari pemerintah.

Untuk mengatasi konflik tersebut, anak kedua dari Presiden RI pertama Soekarno, Megawati Sukarnoputri, didukung untuk menjadi Ketua Umum PDI. Namun, pemerintahan Orde Baru tak menyetujui dukungan tersebut.

Kemudian, diterbitkan larangan mendukung pencalonan Megawati Sukarnoputri dalam Kongres Luar Biasa (KLB) di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur pada 2-6 Desember 1993.

Larangan tersebut berbanding terbalik dengan keinginan peserta KLB, kemudian secara de facto Megawati Soekarnoputri dinobatkan sebagai Ketua Umum DPP PDI periode 1993-1998.

Megawati Soekarnoputri kemudian mengubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan, dan dideklarasikan pada 14 Pebruari 1999 di Istora Senayan, Jakarta. PDI Perjuangan dengan lambang banteng hitam bermoncong putih pertama kali menjadi salah satu konstestan pada Pemilu 1999 hingga kini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here