Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meresmikan Taman Hutan Raya (Tahura) Balasklumprik. Tahura tersebut memiliki luas sebesar 4 hektare, tahura ini merupakan salah satu tahura dari total 13 yang ada di Kota Surabaya.
“Dulu jadi taman sejak 2012. Sekarang sudah jadi. Infrastuktur penunjang juga disiapkan. Harapannya tahura bisa jadi tempat rekreasi,” tutur Risma.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya itu mengatakan, tahura juga difungsikan untuk meningkatkan pendapatan warga sekitar. Tidak hanya rekreasi dan edukasi, juga memanfaatkan tenaga, kreativitas, dan kemampuan warga.
“Nggak ada harga tiket masuk. Tapi untuk venue di dalam akan kami komunikasikan. Sehingga ada akses ekonomi,” terang Risma.
Risma membandingkan dengan tahura yang sebelumnya sudah diresmikan di Gunung Anyar. Di tahura tersebut, Risma mengatakan, pihaknya mengarahkan warga untuk membeli tiket. Keuntungan dari tiket tersebut akan digunakan untuk membeli mangrove.
“Mangrove itu kan ditanam, sehingga pemkot dapat keuntungan. Pemkot nggak perlu cari bibit mangrove dan warga bisa dapat akses ekonomi. Di sini nanti bisa begitu. Tapi harus lihat polanya dulu. Jadi warga bisa dapat akses ekonomi sehingga manfaatnya bisa banyak,” kata Risma.
Risma juga menekankan kepada warga untuk konsisten merawat tanaman dan berbagai spesies di tahura. Sebab, konsistensi itu yang membuat pengunjung berdatangan. Dia berharap wilayah tersebut bisa menjadi tempat edukasi lingkungan bagi anak-anak.
”Memelihara ini tidak mudah karena harus konsisten. Kalau enggak, orang juga nggak akan tertarik ke sini. Kalau kotor, orang pasti akan pergi ke tempat lain,” pesan Risma.
Di wilayah yang berdampingan dengan daerah Alasmundu, Bangkingan, serta Wiyung itu, tahura tampak rindang. Berbagai spesies pohon tumbuh subur.
Risma mengungkapkan, kota mendapatkan keuntungan berupa asupan oksigen dari Tahura Balasklumprik. Terlebih lagi, tahura juga cukup dekat dengan wilayah bisnis Surabaya Barat. Sebut saja Pakuwon Mall dan sejenisnya.
”Sejak 2012 sudah buka. Ini dulu rawa. Dulu sempat kami dekati karena ada petani yang nanam padi. Alhamdulillah sudah mulai nampak hutannya. Sekarang tinggal bagaimana mengelola ini, masyarakat dapat akses ekonomi kemudian kita punya keuntungan dari oksigen dari hutan kota ini,” tutur Risma.
