Masa depan bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi generasi mudanya saat ini. Untuk memastikan generasi penerus tumbuh dengan baik, maka semua elemen bangsa (terutama orang tua) harus bersama-bersama saling peduli dalam menyelamatkan masa depan anak-anak.
Demikian dikatakan Menteri Sosial Indonesia Dr Ir Tri Rismaharini MT dalam Dialog Ramadhan Ahad bertema ‘Para Kartini Mengupas Permasalahan Bangsa’ di Mardliyyah Islamic Center UGM Yogyakarta, Minggu (16/4/2023). Pembicara lain, Asma Nadia (Penulis Novel dan Cerpen), Prof Dr Wening Udasmoro SS MHum DEA (Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran). Hadir dalam acara Rektor UGM Prof Ova Emilia.
Menurut Risma, penanganan masalah sosial anak tidak bisa dilakukan hanya secara parsial, tapi harus secara menyeluruh/kompehensif. Jangan sampai anak dilepaskan dalam proses tumbuh kembangnya. “Meskipun anak zaman sekarang masih muda tapi postur tubuhnya sudah besar-besar, sejatinya mereka masih butuh pengawasan dan perhatian orang tuanya,” katanya.
Maka dari itu, kata Risma, saat menjabat sebagai Walikota Surabaya ia membangun tak kurang 1.400 perpustakaan, 50 broadband learning center dan 700 taman yang ada lapangan olahraganya. Hal ini dimaksudkan, agar selepas dari sekolah, aktivitas anak tersalurkan ke hal-hal yang positif.
“Kasus sosial yang melibatkan anak-anak masih banyak terjadi, oleh sebab itu saya meminta kepada para orang tua, keluarga dan masyarakat untuk saling peduli dengan kondisi tumbuh kembang anak-anak yang ada di lingkungannya. Orang tua jangan cuek,” katanya.
Asma Nadia mengatakan, berbicara mengenai perempuan tidak bisa dilepaskan dengan anak-anak. Ibu sebagai madrasah pertama bagi anak, menjadi pondasi bagi perkembangan akhlak anak-anaknya. “Laki-laki juga mempunyai peran luar biasa yaitu menjaga kualitas madrasah pertama tersebut. Sehingga saya sangat setuju dengan Bu Risma bahwa kepedulian orang tua merupakan faktor kunci perkembangan anak-anaknya,” katanya.
Sedangkan Prof Wening Udasmoro mengatakan, berbicara mengenai kesataraan gender adalah membicarakan partnership mengenai relasi antara laki-laki dan perempuan. Tapi dalam praktik kehidupan sosial di masyarakat, tantangan perempuan sangatlah besar, dikarenakan partnership masih sangat kurang. “Perempuan butuh partnership, equality dan empati dalam keluarga, agar anak memiliki kasih sayang yang berimbang antara ibu dan ayah,” katanya.